BERITA WATAMPONE– Rencana revitalisasi dan pengembangan situs sejarah Bola Soba, salah satu peninggalan penting Kerajaan Bone, menjadi topik hangat dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone. Diskusi yang berlangsung di Hotel Grand Nur, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Watampone, itu menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Festival Bone Riolo 2025.
Acara tersebut menghadirkan berbagai kalangan penting: akademisi, tim ahli cagar budaya, tokoh budayawan, tokoh agama, hingga unsur masyarakat. FGD ini menjadi ajang penting untuk menampung berbagai pandangan terkait arah pembangunan kembali Bola Soba — situs yang selama ini menjadi simbol kejayaan Bone di masa lampau.
Ajang Komunikasi Publik Pemerintah dan Masyarakat
FGD dibuka langsung oleh Wakil Bupati Bone, H. Andi Akmal Pasluddin, yang menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar pertemuan formal, tetapi juga bentuk komunikasi publik antara pemerintah dan masyarakat.
“Forum ini sebagai komunikasi publik yang penting, agar kebijakan pemerintah dapat dipahami oleh semua elemen masyarakat. Kita semua adalah stakeholder dalam pembangunan Bone yang harus berkelanjutan,” ujar Andi Akmal dalam sambutannya.
Meski pemerintah daerah berkomitmen melanjutkan pembangunan Bola Soba, ia tak menampik adanya kendala besar dalam hal anggaran. Saat ini, prioritas utama pemerintah difokuskan pada perbaikan infrastruktur jalan, yang dianggap paling mendesak bagi masyarakat.
“Infrastruktur jalan menjadi fokus utama kami saat ini, namun komitmen kami untuk menyelesaikan pembangunan Bola Soba tetap ada,” tegasnya.
Wacana Pembangunan Masjid di Lokasi Eks Bola Soba
Salah satu isu yang turut mencuat dalam forum tersebut adalah rencana pembangunan masjid di lokasi eks Bola Soba. Rencana ini memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat, karena lokasi tersebut memiliki nilai sejarah dan simbolik yang tinggi.

Baca Juga: Ketua DPRD Bone Laporkan Lima Anggota BK Gegara Ikut Tanda Tangani Mosi
Menanggapi hal itu, Wakil Bupati menegaskan pentingnya mendengar aspirasi masyarakat sebelum kebijakan diambil. “Masukan dari masyarakat sangat kami harapkan, agar kebijakan pemerintah bisa diterima dengan baik oleh publik,” katanya.
Bola Soba: Simbol Sejarah yang Tak Tergantikan
Dalam sesi pemaparan, Prof. Muhlis Hadrawi, akademisi sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya, menekankan bahwa pembangunan Bola Soba bukan sekadar proyek fisik, melainkan tanggung jawab sejarah.
“Pembangunan Bola Soba adalah suatu keharusan yang harus kita wujudkan. Ini adalah bukti sejarah Kerajaan Bone yang harus kita jaga dan lestarikan,” ujarnya tegas.
Prof. Muhlis menilai, Bola Soba bukan hanya bangunan, tetapi simbol peradaban dan pusat pemerintahan tradisional Bone pada masa kerajaan. Oleh karena itu, setiap upaya revitalisasi harus mempertimbangkan nilai-nilai historis dan budaya yang melekat padanya.
Masjid Bernuansa Budaya Bugis
Sejalan dengan itu, Tim Ahli Cagar Budaya juga menyoroti aspek desain arsitektur dalam rencana pembangunan masjid di kawasan tersebut. Mereka berharap desainnya dapat mengintegrasikan unsur budaya Bugis, sehingga masjid yang dibangun tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi representasi identitas Bone.
Hal serupa disampaikan oleh perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Sulawesi Selatan, Alamsyah, yang menekankan pentingnya harmoni antara pembangunan modern dan pelestarian budaya.
“Desain masjid sebaiknya mengadopsi elemen budaya Bone, sebagaimana ikon budaya di Pantai Losari yang kini menjadi simbol kebanggaan Makassar. Dengan begitu, masjid di lokasi eks Bola Soba bisa menjadi simbol budaya yang kuat,” ujarnya.








