, ,

Kasus Keracunan Massal MBG Bandung Barat BGN Akui Gagalnya Standar Pengelolaan Dapur

by -245 Views

BERITA WATAMPONE– Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terus menuai sorotan. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang, menyebut kejadian tersebut berada di luar nalar, terutama setelah terungkap fakta bahwa bahan baku ayam yang dipakai sebagai lauk sudah dibeli jauh hari sebelum dimasak.

“Bagaimana bisa ayam dibeli hari Sabtu, baru dimasak hari Rabu? Itu sungguh di luar nalar,” tegas Nanik saat konferensi pers di Gedung BGN, Jakarta Pusat.

Menurutnya, prinsip utama dalam penyediaan menu MBG adalah kesegaran bahan makanan. Ia mengaku tidak bisa mentolerir penggunaan bahan baku yang sudah kehilangan kualitasnya. “Kalau di rumah mungkin wajar menyimpan dua ekor ayam di freezer. Tapi ini jumlahnya 350 ekor ayam. Freezer mana yang mampu menahan kualitas sebanyak itu?” ujarnya dengan nada geram.

Lonjakan Korban Keracunan MBG

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat mencatat, hingga Kamis siang, total korban keracunan sudah mencapai 1.333 orang dari tiga klaster kejadian berbeda.

  • Kasus pertama muncul di Kecamatan Cipongkor, tepatnya di klaster Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cipari, pada Senin (22/9/2025) hingga Selasa (23/9/2025). Sebanyak 393 orang menjadi korban.

  • Kasus kedua terjadi di Kecamatan Cihampelas, dengan 192 orang terdampak, mayoritas siswa dari SMKN 1 Cihampelas, MA dan MTs Al Mukhtariyah, hingga seorang siswa SDN 1 Cihampelas.

  • Kasus ketiga kembali muncul di Cipongkor, tepatnya di Desa Neglasari, Citalem, dan Cijambu. Kali ini jumlahnya lebih besar: 730 orang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu MBG berbeda dari sebelumnya.

“Kalau hari ini saja, yang keracunan mencapai 730 orang,” ungkap Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah, di Posko Kesehatan Cipongkor.

BGN Ungkap Penyebab Keracunan MBG Bandung Barat di Luar Nalar, Ayam Dibeli Sabtu, Baru Dimasak Rabu

Baca Juga: Lapas Watampone Gelar Kajian Rutin Karyawati Didorong Tingkatkan Spiritualitas

Gejala yang dikeluhkan para korban bervariasi, mulai dari mual, pusing, muntah, hingga sesak napas. Mayoritas korban adalah pelajar SD hingga SMA/SMK yang menjadi sasaran utama program MBG pemerintah.

Sistem Distribusi dan Penyimpanan Disorot

BGN menyoroti kelemahan besar dalam sistem distribusi dan pengelolaan dapur MBG. Dalam kasus Bandung Barat, fakta bahwa ayam disimpan selama empat hari sebelum dimasak menjadi bukti lemahnya standar operasional.

“Kalau jumlah ayam ratusan ekor, bukan sekadar soal freezer. Itu juga soal manajemen dapur, sirkulasi udara, hingga pengawasan sanitasi. Di sinilah kesalahan fatal terjadi,” jelas Nanik.

Ia menegaskan, BGN telah mengambil tindakan korektif dengan memperketat pengawasan dapur MBG di seluruh daerah. Bahan pangan, khususnya protein hewani, wajib dalam kondisi segar dan hanya boleh disimpan sesuai standar waktu yang sudah ditetapkan.

Program Baik, Eksekusi Buruk

Program MBG sendiri sejatinya diluncurkan untuk meningkatkan asupan gizi pelajar dari berbagai jenjang, mulai dari SD hingga SMA. Namun, kasus Bandung Barat menjadi bukti bahwa niat baik bisa berubah jadi bencana jika pengawasan lemah.

“Program ini niatnya mulia, untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan makanan bergizi. Tapi kalau tata kelola distribusi bahan bakunya amburadul, yang terjadi justru sebaliknya: anak-anak sakit massal,” ujar seorang orang tua murid di Cipongkor yang anaknya ikut jadi korban.

telkomsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.